Tidak Punya Rasa Malu. Agama Islam tegak diatas beberapa pilar, yaitu akidah, ibadah, hubungan social (muamalah), akhlak, etika, dan hukuman. Melalui pilar-pilar itulah Allah menyempurnakan nikmat dan agama-Nya kepada kita. Dengar pilar-pilar itu, kita dapat memiliki berbagai keutamaan dan terbebas dari berbagai kenistaan. Malu adalah pangkal moral dan etika. Lantaran mulia dan luhurnya sikap malu serta begitu besar pengaruhnya, maka muncullah berbagai keistimewaan akhlak yang tersohor dalam agama lurus ini.
Ibnu Majah meriwayatkan sebuah hadits yang dinilai shahih oleh Al-Albani, dari hadits Zaid bin Thalhah, bahwa Nabi bersabda:
“Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak Islam adalah rasa malu.”
Islam adalah risalah yang paling mulia, karena itu, Allah member manusia akhlak yang paling mulia, yaitu rasa malu. Umat tanpa akhlak adalah lebih sesat dari pada binatang ternak. Tidak salah bila seorang penyair berkata:
Demi Allah, sungguh dalam hidup ini tidak ada kebaikan
Tidak pula di dunia jika rasa malu telah hilang
Selama masih ada rasa malu, maka kehidupan seseorang tetap dalam kebaikan
Ranting itu akan tetap ada bila ada semi pada dahan
Di dalam Ad-Da’ wad Dawa’, Ibnu Qayyim menulis,” kata haya’ (malu) itu merupakan ecahan dari kata hayah (hidup). Hujan juga disebut dengan hayun (hidup), karena hidupnya bumi,tumbuhan dan hewan bergantung padanya. Demikian pula, kehidupan dunia dan akhirat disebut dengan hayah. Maka, orang yang tidak memiliki malu berarti telah menjadi mayat diduia dan sengsara di akhirat.”
Saudari yang terhormat, perhatikanlah hadits yang disampaikan oleh Imam Hakimyang dinilai shahih oleh Al-Albani, dari Ibnu Umar bahwa ia mengatakan : Rasulullah bersabda : “Malu dan iman itu selalu
Ibnu Majah meriwayatkan sebuah hadits yang dinilai shahih oleh Al-Albani, dari hadits Zaid bin Thalhah, bahwa Nabi bersabda:
“Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak Islam adalah rasa malu.”
Islam adalah risalah yang paling mulia, karena itu, Allah member manusia akhlak yang paling mulia, yaitu rasa malu. Umat tanpa akhlak adalah lebih sesat dari pada binatang ternak. Tidak salah bila seorang penyair berkata:
Demi Allah, sungguh dalam hidup ini tidak ada kebaikan
Tidak pula di dunia jika rasa malu telah hilang
Selama masih ada rasa malu, maka kehidupan seseorang tetap dalam kebaikan
Ranting itu akan tetap ada bila ada semi pada dahan
Di dalam Ad-Da’ wad Dawa’, Ibnu Qayyim menulis,” kata haya’ (malu) itu merupakan ecahan dari kata hayah (hidup). Hujan juga disebut dengan hayun (hidup), karena hidupnya bumi,tumbuhan dan hewan bergantung padanya. Demikian pula, kehidupan dunia dan akhirat disebut dengan hayah. Maka, orang yang tidak memiliki malu berarti telah menjadi mayat diduia dan sengsara di akhirat.”
Saudari yang terhormat, perhatikanlah hadits yang disampaikan oleh Imam Hakimyang dinilai shahih oleh Al-Albani, dari Ibnu Umar bahwa ia mengatakan : Rasulullah bersabda : “Malu dan iman itu selalu
berdampingan dalam semua hal. Jika salah satu dari keduanya tiada, makayang lainnya pun tiada.”
Disebutkan dalam Shahih Muslim dari Imran bin Hushain bahwa ia mengatakan : Rasulullah berkata :
“ Malu itu baik seluruhnya.”
Dengan demikian, kita mengetahui bahwa kepedulian wanita terhadap rasa malu dan komitmen kepadanya merupakan kepedulian terhadap keutamaan, kehormatan diri, dan akhlak yang lurus. Itu dapat membalut setiap kelalaian, mencegah setiap keburukan, dan mendorong kepada setiap hal yang baik. Tidaklah rasa malu dicabut dari sesuatu melainkan akan membuatnya buruk. Seandainya rasa malu telah hilang, maka wanita pun hilang bersamanya. Sebab, tidak mungkin seseorang dapat menjamah wanita dan memperdayainya sebelum akhlak yang agung ini di campakkan.
Musuh-musuh Islam membuat tipu daya terhadap wanita muslimah siang dan malam hngga ia melepaskan rasa malunya. Setelah itu, mereka menghendaki agar wanita keluar untuk bekerja dan berbaur dengan laki-laki dalam sebuah bidang. Demikian pula, mempertontonkan adegan-adegan nista dan lagu-lagu seronok yang menjurus kepada kekejian, kedurhakaan, dan membangkitkan gairah syahwat. Lebih dari itu, ada rayuan-rayuan maut yang membangkitkan perasaan cinta dan meledak-ledakkan hawa nafsu yang tersembunyi dan perkara-perkara lainnya biasa dilakukan oleh para wanita didepan mata laki-laki hingga membuat rasa malu jadi mati bersamanya.
Wanita pun berani keluar dengan busana yang vulgar dijalan-jalan dan lorong-lorong. Ia memakai minyak wangi di badannya dan berbagai aksesoris, lantas keluar sendirian untuk mengadakan perjalanan, dan hal-hal lainnya yang mengundang murka dzat penguasa langit dan bumi.
Syaikh Abdullah bin zaid Ali Mahmud mengatakan,”Jika Anda hendak mengetahui ruginya kehilangan rasa malu, perhatikan negeri-negeri yang kaum wanitanya sudah tidak memiliki rasa malu. Anda akan melihat kerusakan moral, etika, karakter, dan kehancuran kondisi social yang sangat tragis. Wanita tidak mempedulikan apa yang diperbuatnya atau apa yang dilakukan padanya. Ia tidak malu kepada Allah atau pun kepada manusia. Dan, ia tidak berhasrat lagi untuk mempertahankan kemuliaan atau nama baik yang dapat diapresiasikan darinya. Ini adalah makna sabda Nabi yang terdapat didalam sunan At-Tirmidzi :
“Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah semaumu.” http://www.reportaseterkini.net/
Disebutkan dalam Shahih Muslim dari Imran bin Hushain bahwa ia mengatakan : Rasulullah berkata :
“ Malu itu baik seluruhnya.”
Dengan demikian, kita mengetahui bahwa kepedulian wanita terhadap rasa malu dan komitmen kepadanya merupakan kepedulian terhadap keutamaan, kehormatan diri, dan akhlak yang lurus. Itu dapat membalut setiap kelalaian, mencegah setiap keburukan, dan mendorong kepada setiap hal yang baik. Tidaklah rasa malu dicabut dari sesuatu melainkan akan membuatnya buruk. Seandainya rasa malu telah hilang, maka wanita pun hilang bersamanya. Sebab, tidak mungkin seseorang dapat menjamah wanita dan memperdayainya sebelum akhlak yang agung ini di campakkan.
Musuh-musuh Islam membuat tipu daya terhadap wanita muslimah siang dan malam hngga ia melepaskan rasa malunya. Setelah itu, mereka menghendaki agar wanita keluar untuk bekerja dan berbaur dengan laki-laki dalam sebuah bidang. Demikian pula, mempertontonkan adegan-adegan nista dan lagu-lagu seronok yang menjurus kepada kekejian, kedurhakaan, dan membangkitkan gairah syahwat. Lebih dari itu, ada rayuan-rayuan maut yang membangkitkan perasaan cinta dan meledak-ledakkan hawa nafsu yang tersembunyi dan perkara-perkara lainnya biasa dilakukan oleh para wanita didepan mata laki-laki hingga membuat rasa malu jadi mati bersamanya.
Wanita pun berani keluar dengan busana yang vulgar dijalan-jalan dan lorong-lorong. Ia memakai minyak wangi di badannya dan berbagai aksesoris, lantas keluar sendirian untuk mengadakan perjalanan, dan hal-hal lainnya yang mengundang murka dzat penguasa langit dan bumi.
Syaikh Abdullah bin zaid Ali Mahmud mengatakan,”Jika Anda hendak mengetahui ruginya kehilangan rasa malu, perhatikan negeri-negeri yang kaum wanitanya sudah tidak memiliki rasa malu. Anda akan melihat kerusakan moral, etika, karakter, dan kehancuran kondisi social yang sangat tragis. Wanita tidak mempedulikan apa yang diperbuatnya atau apa yang dilakukan padanya. Ia tidak malu kepada Allah atau pun kepada manusia. Dan, ia tidak berhasrat lagi untuk mempertahankan kemuliaan atau nama baik yang dapat diapresiasikan darinya. Ini adalah makna sabda Nabi yang terdapat didalam sunan At-Tirmidzi :
“Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah semaumu.” http://www.reportaseterkini.net/
0 comments:
Post a Comment