bila kalian syang ibu kalian!!!Bertaubatlah! Durhaka Pada Ibu, Langsung Diazab di Dunia.ini seperti wanita ini!!! sebelum terlambat
Sebut saja namanya Karta. Ia telah menikah dengan wanita pilihannya. Wajahnya cantik. Tetapi sayang, hatinya tidak secantik wajahnya. Karta mulai terpengaruh dengan istrinya dan hampir selalu menurutinya. Dari sinilah kisah tragis itu dimulai.
Selain Karta dan istrinya, dirumah itu juga tinggal ibunya. Sebelumnya, Karta berlaku baik pada ibunya. Tapi perlahan, sang istri men-‘cuci otak’-nya.
Satu hari, sepulang Karta dari tempat kerja, istrinya mengadu. “Mas, ibu itu bagaimana sih. Kerjanya hanya jalan-jalan ke rumah tetangga. Nggak mau bantuin aku. ” Karta langsung termakan kata-kata sang istri. Dicarinya ibunya.
“Ibu, ibu sukanya main ke rumah tetangga ya. Nggak mau bantu menantu ibu. ”
“Siapa yang bilang begitu. Ibu itu yang ngepel dan nyapu rumah ini, Karta. Ibu yang mencuci. Dan makanan yang anda makan itu, itu juga ibu yang masak. Ibu memang ke rumah tetangga, tapi itu cuma sebentar. Untuk istirahat. Bila istirahat siang-siang di rumah ini, ibu dapat dimarahi istrimu…”
Mendengar penjelasan itu, bukannya minta maaf, Karta jadi tidak mempercayainya. “Ah, ibu alasan saja. ”
Hari-hari berikutnya, hubungan antara Karta serta ibunya tidak kunjung lebih baik. Apalagi hubungan pada ibu dengan istri Karta, semakin memanas. Sampai satu malam, setelah Karta sampai di rumah, sang istri memintanya mengambil keputusan yang sangat sulit.
“Mas, saya telah tidak betah lagi sama ibu. Saya serta ibu tidak dapat lagi tinggal dalam satu atap. Saat ini Mas pilih, saya yang pergi atau ibu yang keluar dari tempat tinggal ini, ” kata istri Karta dengan suara tinggi. Karta bingung. Ia tidak tega mengusir ibunya, tetapi ia juga tidak sanggup berpisah dari istrinya.
“Kenapa seperti itu Dik. Aku sangat mencintaimu, saya tak mungkin hidup sendiri tanpamu. Namun ibu, ia tidak punya siapa-siapa. Bila ia pergi, pergi ke mana? Kasihan dia”
“Enggak Mas. Malam ini juga kamu harus putuskan. Ibu yang pergi atau saya yang pergi. ” Luluh juga hati Karta di depan istrinya. Entah syetan apa yang merasukinya, ia juga melangkah ke kamar ibunya.
“Masya Allah, benarkah kamu mau mengusir ibu ini, Karta? ” tanya ibu 1/2 tidak percaya saat mendengar Karta memintanya pergi dari rumah.
“Iya, Bu. Ini untuk kebaikan rumah tangga kami. ”
“Kamu tega, Karta, ” orang yang namanya dipanggil hanya diam, “kalaupun anda mengusirku, tunggu besok pagi. Tengah malam begini, ibu mesti ke mana? ”
Karta terdiam. Ia tidak menjawab. Tapi
keputusannya telah bulat.
Beberapa waktu lalu, ibu keluar dengan tas di tangannya. Tidak semua barangnya dapat dibawa. Ia melangkah jalan di dalam malam, sembari air mata selalu menetes membasahi pipinya. Sebagai seorang ibu, ia
sungguh begitu kecewa. Sakit hatinya. Diusir oleh anak sendiri yang lebih mementingkan istri tidak berakhlak dari pada ibunya. Dalam keadaan itu, sang ibu juga berdoa. “Ya Allah, hatiku sakit atas perlakuan ini. Anakku sendiri mengusirku, padahal saya yang mengandung, melahirkan, menyusui serta membesarkannya. Ya Allah, saya tidak ridho kepadanya. Saya haramkan semua air susu yang diminumnya sejak bayi sampai membentuknya seperti saat ini. ” Doa seseorang ibu yang didurhakai, doa di dalam malam, dalam kondisi hujan rintik-rintik, ketiga faktor mustajabnya doa itu bertemu.
Keesokan harinya, Karta merasakan semua tubuhnya sakit. Kulitnya mulai gatal-gatal. Makin lama, kulitnya seperti melepuh. Hari-hari berikutnya lepuhan itu mengeluarkan nanah dengan bau yang menyengat. Sampai-sampai, tetangga yang menjenguknya juga tidak berani mendekat. Berbagai upaya medis tidak juga membuatnya membaik. Karta menyadari kalau ini mungkin lantaran kekeliruannya mengusir ibunya sendiri pada malam itu. “Tolong carikan ibuku, saya ingin minta maaf. Sakitku ini karena itu, ” pintanya pada seorang.
“Tidak. Agar Karta merasakan sakit itu. Sakitnya hatiku diusir lebih sakit dari apa yang dirasa Karta, ” jawab sang ibu waktu ditemui pesuruh Karta, “aku tidak ingin kembali ke rumah itu. ”
Sekian hari lalu, Karta juga meninggal. Begitu busuknya bau Karta, beberapa hingga modinsetempat tidak mau memandikannya sendiri. Ia menyewa orang untuk memandikan Karta. Saat meninggalnya Karta hampir bersamaan dengan meninggalnya orang lain di kampung yang sama. Sehingga tersedialah dua galian untuk memakamkan mereka. Dan barusan Karta dimakamkan, keributan terjadi.
“Ini seharusnya makam untuk saudara saya, mengapa ditempati, ” kata seorang yang terkejut lihat galian makam untuk saudaranya sudah terisi.
“Maaf pak, kami tidak tahu. Karena telah terlanjur, sekali lagi kami mohon maaf. Mohon almarhum dimakamkan di galian satunya Pak, kan sama-sama makamnya”
“Tidak bisa! Ini telah kita pesan liang lahatnya dekat dengan anggota keluarga yang meninggal sebelumnya. Bila disana kan jadi terpisah. Kami tidak mau. Harus dibongkar”
Karena tidak dapat diajak kompromi, akhirnya warga juga mengalah untuk membongkar kembali makam Karta. Anehnya, waktu makamnya dibongkar, mereka merasakan kain kafan Karta sudah beralih warna ; coklat keabu-abuan. Tubuhnya juga terlihat lebih tipis. Dan begitu di buka, mereka terkejut bukan main. Jenazah Karta berubah warna dan bentuk, seperti hangus terbakar. Sekian dahsyatnya azab untuk anak yang durhaka kepada ibunya. Azab pedih langsung terjadi di dunia serta lebih pedih lagi waktu ada di alam barzah. http://www.silahkan-share.com/
0 comments:
Post a Comment